Sepucuk Kisah Untukmu Yang Dirindukan

Jumat, 17 April 2015 1 komentar
Where to start? Mungkin dari kata, “Kemane aje akhy?” Haha. Dakwah itu kadang membingungkan. Bukan karena dakwah itu buruk, tapi saking banyaknya keindahan cinta di dalamnya, bingung untuk memulai darimana kisah ini. Juga karena ini tentang cinta, you knowlah, susah dilukiskan dengan kata. Kini wajahku semerah kepiting, malu-malu seperti gadis belia, aku bertutur layaknya kesatria membelah langit. Duiileeeee – tampar  diri sendiri, Fokus. 

Keharuan menabuh riuh manakala mendengar kisah para pendahulu dari kafilah dakwah ini. Mimpi untuk melihat Kampus Merah menjadi kampus islami, dimana pemuda-pemudinya adalah santri berakhlatul karimah. Mimpi untuk melihat Islam bukan sebagai bagian terpisah dalam pencapaian ilmu. Mimpi untuk melihat Unhas yang damai bebas dari pertikaian yang kunjung melanda bagai musim. Islam mengajarkan perdamaian, kunci kebahagian di dunia dan akhirat, maka jadikanlah Islam sebagai pilar dalam perguruan tinggi. 

Betapa cita-cita mulia itu menjadi kubah masjid yang selalu  menaungi dalam gerak dakwah penuh pengorbanan. “Selamilah lautan dakwah, maka akan kau temukan bahwa dakwah itu adalah cinta.” Benarkah? Apakah akan kutemukan cinta?

Ngeri ketika pertama kali diperdengarkan kata dakwah. Dalam hati sering terpikir, jangan-jangan saya masuk aliran sesat. Secara, saya kan aliran Rock n Roll, R&B, Punk,  Pop alternatif– Plakk, tampar diri pakai panci gosong. Hehe maaf. Saya harusnya fokus bertutur layaknya ustad suci tak berdosa yang lagi membawakan majelis taklim, tawadhu lagi. Maafkan saya. Percayalah, ini hanya efek kerinduan yang membuncah, yang tak tertahankan lagi untuk kembali mengharu biru dalam barisan dakwah.

Mahasiswa bila ditanya mau ke mana, pasti jawabnya mau ngampus. Tapi tidak bagi aktivis dakwah LDM Al Aqsho. Kalau ditanya mau kemana, jawabnya mau ngaqsho. Saking tiap harinya nongkrong di masjid tercinta, Majid Al Aqsho. 

Pernah suatu ketika, sebut saja Akh Rudi , tertangkap basah di masjid. Habis lari-lari pagi, tersangka ditemukan syuro (rapat) di tepian hijab. Esok harinya, siang ketika jeda habis kelas, tersangka ditemukan syuro di tengah tepian hijab. Esoknya, esoknya lagi, lagi dan lagi, selalu kudapati tersangka lagi asyik syuro di masjid. 

Subhanallah ya , militan sekali akhy Rudi ini. Syuro tujuh kali seminggu. Tiap saya datang ke Aqsho, pasti dianya lagi syuro. Mirisnya, selalu cuma dia seorang ikhwan yang datang, selebihnya akhwat. Alhasil dia yang membuka syuro, dia yang baca tilawah, dia yang menyimpulkan, dia yang membaca doa, dia yang menutup. Tragisnya, hahaha.

Terkekeh saya dan seorang teman selalu menertawakannya bila berjumpa di masjid. Cieee, syuro lagi... Wuih the last men generation... Eh ketemu lagi. Pasti ada syuro lagi kan, iya kan, ngaku aja!.. Wow Syuro everyday, keep hamasah.., dan banyak lagi celotehanku. Malu-malu ia ngaku, seringnya mengelak, tapi ujung-ujungnya syuro juga. Hahaha.

Cinta itu pengorbanan yang tiada habisnya, karena itulah kita jalani. Cinta itu selalu memberi tanpa pamrih, karena itulah ikhlas selalu bernaung di hati para pendakwahnya yang penuh cinta. Tidak bisa dipungkiri, tak banyak ikhwah yang kaya, tapi banyak ikhwah yang kere. Tapi tak bisa juga kita nafikan, bahwa sering kita lihat pemuda-pemudi yang jago olahraga, jago bahasa Inggris, berprestasi, alumnus pertukaran pelajar luar negeri, nyaris semuanya bukan dari kalangan ikhwah. Nah loh, ikhwah dimana?lagi syuro di Aqsho, hehe.

Prestasi bukan berarti hanya berakhir di bangku perkuliahan. Justru prestasi sebenarnya itu baru dimulai sehabis menggenggam gelar sarjana. Sebaik-baiknya presatasi adalah yang bermanfaat bagi nusa bangsa. Terlebih bagi dunia dan akhirat. Banyak sekali kita temui kasus dimana ikhwah sewaktu di kampus biasa-biasa saja. Tapi berawal dari forum dakwah ini, prestasinya di masyarakat melejit menembus sampai ke langit ke tujuh. Tarbiyah yang kita jalani adalah media untuk melejitkan potensi. Sedang dakwah ini adalah sarana penempaan diri menjadi seorang pemimpin yang berkualitas. Makanya, setelah sarjane, status antum adalah ikhwah jomblo high quality, hehe.
Masih banyak sekali hal yang ingin aku ungkapkan dalam sepucuk surat ini. untuk adik-adikku tercinta, dan senior pendahuluku yang mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah swt. Berhubung durasi tulisan yang terbatas, izinkanlah saya untuk menghadiahkan beberapa nasihat. Nasihat yang dipetik dari jatuh bangunnya dalam dakwah. Nasihat dari masa lalu dimana ukhuwah itu dikecup dengan indahnya. Bahkan sampai sejauh perantauan ini, batin kami masih saling terikat dan terpikat.
Duhai syuhada perindu surga, tetaplah melangkah. Pijakanmu adalah Islam. Derap langkahmu adalah derap majunya zaman. Teguhlah pada langkahmu kedepan. Kelak akan kau temui betapa dunia ini begitu menggiurkan. Menyorakimu untuk menoleh sejenak. Membelaimu hingga kau patah arah. Cinta-cinta semu akan dihamparkan di jalanmu. Batu, serpiham kacah, lubang, paku, perangkap, selalu siap menancapi kakimu yang telanjang. Iman yang membimbing kita untuk mampu melewatinya. Amal saleh yang melindungi dari luka-luka. Sedang takwa, adalah sebaik-baiknya penyembuh raga dan jiwa. Begitulah dakwah. Begitulah cinta. Karena dakwah itu cinta dan kita cinta pada sang Pemilik Cinta, karena itulah jalan ini dipilih. Tidakkah surganya begitu menggiurkan?
Merindukanmu ,

ditulis oleh: Muhammad Muslih

1 komentar:

Posting Komentar